Senin, 17 Januari 2011

Peranan Diksi Dalam Berbahasa


PERANAN DIKSI DALAM BERBAHASA

A.    Tujuan
Setelah mebahan pokok bahasan ini, mahasiswa dapat memahami dan menggunakan berbagai jenis kata (diksi) kedalam berbagai kalimat dengan benar dan mengerjakannya dengan konteks kebahasaan lainnya (paragraf dan wacana) dalam karangan.
B.     Uraian Bahan Ajar
1.   Pengertian Diksi
Dalam KBBI (2002 : 264) diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.
Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dai itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda.
Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai.
2.   Ketepatan dan Kesesuaian Penggunaan Diksi
Pemakaian kata mencakup dua masalah pokok, yakni pertama, masalah ketepatan memiliki kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan atau ide. Kedua, masalah kesesuaian atau kecocokan dalam mempergunakan kata tersebut. Menurut keraf (2002 : 87) “Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembaca”. Masalah pilihan akan menyangkut makna kata dan kosakatanya akan memberi keleluasaan kepada penulis, memilih kata-kata yang dianggap paling tepat mewakili pikirannya. Ketepan makna kata bergantung pada kemampuan penulis mengetahui hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan referennya.
Seandainya kita dapat memilih kata dengan tepat, maka tulisan atau pembicaraan kita akan mudah menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dirasakan atau dipikirkan oleh penulis atau pembicara. Mengetahui tepat tidaknya kata-kata yang kita gunakan, bisa dilihat dari reaksi orang yang menerima pesan kita, baik yang disampaikan secara lisan maupun tulisan. Reaksinya bermacam-macam, baik berupa reaksi verbal, maupun reaksi nonverbal seperti mengeluarkan tindakan atau perilaku yang sesuai dengan yang kita ucapkan. Agar dapat memilih kata-kata yang tepat, maka ada beberapa syarat yang harus diperhatikan berikut ini.
a.       Kita harus bisa membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif; bersinonim dan hampir bersinonim; kata-kata yang mirip dalam ejaannya, seperti :bawa-bawah, koorperasi-korporasi, interfensi-interferensi, dan
b.      Hindari kata-kata ciptaan sendiri atau mengutip kata-kata orang terkenal yang belum diterima di masyarakat.
c.       Waspadalah dalam menggunaan kata-kata yang berakhiran asing atau bersufiks bahasa asing, seperti :Kultur-kultural, biologi-biologis, idiom-idiomatik, strategi-strategis, dan lain-lain
d.      Kata-kata yang menggunakan kata depan harus digunbakan secara idiomatik, seperti kata ingat harus ingat akan bukan ingat terhadap, membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi, takut akan bukan takut sesuatu.
e.       Kita harus membedakan kata khusus dan kata umum.
f.       Kita harus memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
g.      Kita harus memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
3.   Kata dan Gagasan
Dalam berkomunikasi , setiap orang menggunakan kata (bahasa). Para linguis sampai sekarang masih memperbincangkannya karena belum ada batasan yang mutlak tentang itu. Istilah kata bisa digunakan oleh para tatabahasawan tradisional. Menurut mereka, kataadalah satuan bahasan yang memiliki satu pengertian atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti. Para tatabahasawan struktural, penganut aliran Bloomfield menyebutnya morfem. Batasan kata yang dibuat Bloomfield sendiri, yakni kata adalah satuan bebas terkecil (a minimal free form)(chaer, 1994 : 162-163)
Yang paling penting dari rangkaian kata-kata itu adalah pengertian yang tersirat di balik kata-kata yang digunakan. Setiap orang yang terlibat dalam berkomunikasi harus saling memahami atau saling mengerti, baik pembicara maupun pendengar, pengertian yang tersirat dalam sebuah kata itu mengandung makna bahwa tiap katamengungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide. Dengan kata lain, kata adalah media yang digunakan untuk menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain. Menurut Keraf (2002:21)”Kata-kata ibarat”pakaian” yang dipakai oleh pikiran kita. Tiap kata memiliki “jiwa”. Setiap anggota masyarakat harus mengetahui “jiwa”, agar ia dapat menggerakkan orang lain dengan “jiwa” dari kata-kata yang dapatdigunakannya:.
Kata dengan gagasan mempunyai hubungan ketergantungan. Orang yang mempunyai banyak gagasan pasti mempunyai banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak ide atau gagasan yang bisa diungkapkannya. Orang yang banyak menguasasi kosakata akan merasa mudah dan lancar berkomunikasi dengan orang, lain. Seringmkita sering tidak memahami pembicaraan orang lain, karena kita tidak atau kurang menguasai kata-kata atau gagasan seperti yang dikuasai oleh pembicara.
4.   Pilihan Kata
Pilihan akat atau diksi bukan hanya memilih kata-katayang cocok dan tepat untuk digunakan dalam mengungkapkan gagasan atau ide, tetapi juga menyangkut persoalan fraseologi (cara memakai kata atau frase di dalam konstruksi yang lebih luas, baik dalam bentuk tulisan maupun ujaran), ungkapan, dan gaya bahasa. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan atau susunannya, atau menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan-ungkapan. Pemilihan gaya bahasa yang akan digunakan pun merupakan kegiatan memilih kata menyangkut gaya-gaya ungkapan secara individu.
Orang yang banyak menguasai kosakata akan lebih mudah memilih kata-kata yang tepat untuk digunakan dalam menyampaikan gagasannya. Orang yang kurang banyak menguasai kosakata terkadang tidak bisa menempatkan kata terutama yang bersinonim, seperti kata meneliti sama artinya dengan kata menyelidiki, mengamati, dan menyidik. Kata0kata turunannya penelitian, penyelidikan, pengamatan, dan  penyidikan. Orang yang menguasai banyak kosakata tidak akan menerima bahwa kata-kata tersebut mengandung arti yang sama, karena bisa menempatkan kata-kata itu dengan cermat sesuai dengan konteksnya. Sebaliknya orang yang tidak menguasai kosakata akan mengalami kesulitan karena tidak mengetahui ada kata yang lebih tepat, dan tidak mengetahui ada perbedaan dari kata-kata yang bersinonim itu. Dengan demikian, menurut Keraf (2002: 14) diksi :
a.   Mencakup pengertian kata-kata yang fipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, cara menggabungkan kata-kata.
      Yang tepat, dan gaya yang paling baik digunakan dalam situasi tertentu;
b.   Diksi adalah kemampuan secara tepat membedakan nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar atau pembaca; dan
c.   Diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan kosakata yang banyak.
5.   Makna Kata dan Jenisnya
Kata yang merupakan satuan bebas terkecil mempunyai dua aspek, yakni aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi atau makna. Bentuk bahasa adalah sesuatu yang dapat dicerna oleh pancaindra, baik didengan maupun dilihat. Isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi atau respon dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan atau stimulus aspek bentuk tadi. Kalau seseorng berkata, “pergi!” kepada kita, maka akan timbul reaksi dalam pikiran kita diam sekarang”. Dengan demikian, kata pergi merupakan bentuk atau ekspresi dan isinya atau maknanya merupakan reaksi seseorang atas perintah tadi.
Wujud reaksi itu bermacam-macam yakni berupa tindakan atau perilaku, berupa pengertian, serta berupa pengertian dan tindakan. Hal ini bergantung pada apa yang didengarnya, dengan kata lain respons akan muncul berdasarkan stimulusnya. Dalam berkomunikasi tidak hanya berhadapan dengan kata, tetapi juga berhadapan dengan serangkaian kata yang mengusung amanat. Dengan demikian, ada beberapa unsur yang terkandung dalam ujaran itu yaitu : pengertian, perasaan, nada, dan tujuan. Keempat unsur ini merupakan usaha untuk memahami makna. Untuk lebih kelasnya mari kita bahan satu persatu.
a.   Pengertian merupakan landasan dasar untuk menyampaikan sesuatu kepada pendengar atau pembaca dengan mengharapkan suatu perilaku;
b.   Perasaan merupakan ekspresi pembicara terhadap pembicaraanya, hal ini berhubungan dengan nilai rasa terhadap hal yang dikatakan pembicara;
c.   Nada mencakup sikap pembicara atau penulis kepada pendengar pembacaanya; dan
d.   Tujuan yaitu sesuatu yang ingin dicapai oleh pembicara atau penulis.
Makna kata merupakan hubungan antara bentuk dengan sesuatu yang diwakilinya atau hubungan lambang bunyi dengan sesuatu yang di acunya. Kata kuda merupakan bentuk atau ekspresi “sesuatu yang diacu oleh kata kuda” yakni “seeekor binatang yang tinggi-besar, larinya kencang dan biasa ditunggangi”.kedua istilah yang disbut referen. Hubungan antara bentuk dan referen akan menimbulkan makna atau referensi.
Makna kata pada umumnya terbagi atas dua macam yakni makna denotatif dan makna konotatif. Kata-kata yang bermakna denotatif biasa digunakan dalam bahasa ilmiah yang bersifat tugas atau tidak menimbulkan interpretasi tambahan. Makn denotatif disebut juga dengan istilah; makna denatasional, makna kognitif, makna konseptual, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makna proposional (Keraf, 2002:208). Disebut makna denotasional, konseptual, referensial dan ideasional, karena maknamitu mengacu pada referen, konsep atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu berhubungan dengan kesadarn, pengetahuan dan menyangkut rasio manusia.
Karena adanya bermacam-macam makna, maka penulis harus hati-hati dalam memilih kata yang digunakan. Sebenarnya memilih kata-kata bermakna denotatif lebih mudah daripada memilih kata-kata bermakna konotatif. Seandainya ada kesalahan dalam penulisan denotasi, mungkin karena adanya kekeliruan disebabkan oleh kata-kata yang mirip karena masalah ejaan. Kata-kata yng mirip itu seperti : gajig-gaji, darah-dara, interferensi-interfensi, dan bawah-bawa. Untuk lebih jelasnya, makna denotatif dapat dibedakan menjadi dua macam hubungan antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya. Kedua, hubungan sebuah kata dengan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya.
Makna konotatif atau sering juga disebut makna kiasan, makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Kata-kata yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraan atau karangan nonilmiah, seperti: berbalas pantun, peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain. Karangan nonilmian sangat mementingkan nilai-nilai estetika. Nilai estetika dibangun oleh bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif gar penyampaian pesan atau amanat itu terasa indah. Pada karangan ini kurang memperhatikan keakuratan informasi dan kelogisan makna. Dalam menyampaikan pesan ada dua macam cara. Pertama, penyampaian pesan secara langsung. Penyampaian pesan secara langsung hampir sama dengan penyampaian pesan (informasi) dalam karangan tidak langsung harus menggunakan bahasa figuratif dengan kata-kata konotatif. Kita tidak akan bisa langsung memahami pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang kalau tidak mempunyai kemampuan mengapresiasinya.
Berikut kata-kata denotasi dan konotasi:
- Dia cantik seperti ibunya (denotatif)
- Dia cantik bagaikan bunga (konotatif)
- Beliau telah wafat tiga tahun yang lalu (denotatif)
- Beliau tekah mangkat tiga tahun yang lalu (konotatif)
- Kolam itu luasnya seratus meter persegi (denotatif)
- Kolam itu luas sekali (konotstif)
- Sebanyak seratus ribu orang yang menonton pertandingan sepakbola (denotatif)
- Membeludak penonton yang ingin menyaksikan pertandingan sepak bola (konottif
6.   Kata Umum dan Kata Khusus
Kata umum adalah kata-kata yang pemakaian dan maknanya bersifat umum dan mencakup bidang yang luas, sedangkan kata yang khusus adalah kata-kata yang pemakaian dan maknanya terbatas pada suatu bidang tertentu.
Contoh :       Kata Umum                            Kata Khusus
                     Miskin                                     gelandangan, yatim piatu
                     Melihat                                    menjenguk, menengok, melayat
                                                                     Menatap, menoleh, mengamati
                     Besar                                       raya, akbar, agung
Contoh :      
a.   Saya ngin menjadi sarjana pendidikan, oleh karena itu sekarang kuliah di FKIP Uninus
      Saya ingin menjadi seorang hakim oleh karena itu sekarang kuliah Fakultas Hukum
b.   Orang tua kami anggota Korpri. (umum)
      Ibu saya seorang guru SD (khusus)
7.   Perubahan Makna Kata
Bahasa bersifat dinamis sehingga dapat menimbulkan kesulitan bagi pemakai yang kurang mengikuti perubahannya. Ketepatan suatu kata untuk mewakili atau melambangkan suatu benda, peristiwa, sifat, dan keterangan, bergantung pada maknanya, yakni hubungan antara lambang bunyi (bentuk/kata) dengan referennya.
Perubahan makna kata bukan hanya ditentukan oleh perubahan jaman (waktu), melain juga disebabkan oleh tempat bahasa itu tumbuh dan berkembang. Makna bahasa mula-mula dikenal oleh masyarakatnya, tetapi pada suatu waktu akan bergeser maknanya pada suatu wilayah yang lain masih mempertahankan makna yang aslinya. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam menggunakan atau memilih kata apalagi dalam hal-hal yang bersifat nasional (masalah tempat), terkenal, dan sementara belangsung (masalh waktu)”. Para mahasiswa yang membuat katya ilmiah, yang tulisannya bisa dibaca dalam taraf nasional harus menggunakan kata yang bersifat nasional, terkenal dan masih dipakai masyarakat.
Sebelum Perang dua Ke II kita mengenal kata daulat, dalam KBBI (2001: 240) mengandung arti: “1. berkat kebahagiaan (yang adal pada raja); bahgia; 2. kekuasaan; pemerintah. Kata ini digunakan dalam kalimat ,”Penyerahan kedaulatan Republik Indonesia; Negara Republik Indonesia yang merdeka berdaulat. Tetapi pada waktu revolusi fisik kata daulat bermakna lain yakni, merebut hk dengan tidak sah, memecat dengan paksa. Misalnya: tanah-tanah Belanda banyak yang didaulatoleh rakyat; gubernur itu didaulat tidak dipakai lagi, sehingga kata itu hampir mati meskipun dalam KBBI masih tercantum tetapi sudah jarang pemakainya.
8.   Diksi dalam Kalimat
Diksi dalam kalimat adalah pilihan kata yang tepat untuk ditempatkan dalam kalimat sesuai makna, kesesuaian, kesopanan, dan bisa mewakili maksud atau gagasan. Makna kata itu secara leksikal banyak yang sama, tetapi penggunaanya tidak sama. Seperti kata penelitian, penyelidikan. Kata-kata tersrbut bersinonim (mempunyai arti yang sama), tetapi tidak bisa ditempatkan dalam kalimat yang sama. Contoh dalam kalimat; “Mahasiswa tingkat akhir harus mengadakan penelitian untuk membuat karya ilmiah sebagai tugas akhir dalam studinya”;”Penyelidikan kasus penggelapan uang negara sudah dimulai”; Berdasarkan pengamatan saya situasi belajar di kelas A cukup kondusif; Berdasarkan hasil penyidikan polisi, ditemukan fakta-fakta yang memperkuat dia menjadi tersangka. Keempat kata dalam kalimat-kalimat itu tidak bisa dtukar. Seandainya ditukar, tidak akan sesuai sehungga akan membingungkan pendengar atau pembaca. Dari segi kesopanan, kata mati, meninggal, gugur, mangkat, wafat, dan pulang ke rahmatullah,dipilih berdasarkan jenis mahluk, tingkat sosial, dan waktu. Contoh : Kucing saya mati setelah makan ikan busuk; Ayahnya meninggal tadi malam; Pahlawanku gugur di medan laga; Beliau wafat 1425H. Frase biasa dipakai dalam bewara kematian di surat kabar, seperti”…telah pulang ke rahmatullah kakek Jauhari….”. dari segi makna, kta islam dan muslim sering salah penggunaanya dalam kalimat. Kita pernah mendengar orang berkata, “Seelah menjadi Islam dia rajin bersedekah”. Seharusnya, “Setelah masuk Islam dia rajin bersedekah”. Kalau mau menggunakan kata menjadi maka selanjutnya harus menggunakan kata muslim. Contoh, “Setelah menjadi muslim dia rajin bersedekah”. Islam adalah nama agama yang berarti lembaga, sedangkan muslim adalah orang yang beragama Islam. Kata menjadi dapat dipasangkan dengan orangnya dan kata masuk tepat dipasangkan dengan lembaganya.
C.    Latihan dan Tugas
1.      Bacalah teks berikut ini dengan cermat!

Kita Akan Menjadi Fosil
Pernahkah kamu membayangkan disuatu sore yang cerah, dengan secangkir teh hangat di beranda rumah, kamu akan menjadi fosul! Fosil, benar-benar memfosil.
Seperti apa yang ditemukan Eugene Duboisdi tpi Bengawan Solo atau yang ditemukan Von Koeningawald di Sangiran. Poerwdarminta dalam kamus umu Bahasa Indonesia yang ia susun menerangkan fosil sebagai berikut: “Fosil adalah bekas binatang jaman dulu yang sudah jadi batu>” begitulah kira-kira, memfosil berarti kta membatu.
Saya pernah membayangkannya ketika kebetulan saya membaca kutipan bagaimana seekor hewan danau akan menjadi fosil dari buku biolog, The Network of Life. Pertama kali hewan itu harus mati dan kemudian operlahan tenggelam di dasar danau.
Begitu pula tentunya kita. Dan, tentu saja, kita bisa menjadi masih membara, tetapi seperti apa dan bagaimana otak kita bertempur dan kearah mana pikiran kita mengembara. Itu semua ditentukan bukan oleh diri kita sendiri. Jika Adam Smith dulu pernah mengenalkan kepada kita istilah “tangan tak terlihat” di ranah ekonomi, maka percayalah, tangan itu bergerak menentukan pola kerja pikiran kita.
Kemudian hewan danau itu akan terselimuti di lumpur dalam jangka waktu ribuan tahun lamanya. Pikiran kita tak memakan waktu hingga ribuan tahun. Beberapa saat saja. Perlahan kita akan berubah menjadi apa yang tak pernah terpikirkan oleh diri kita sendiri, semua tindak tanduk kita hanya berdasar pada pikiran-pikiran di luar kita. Dan kita, mau tidak mau akan merasa pelu menurutnya. Hal-hal kecil saja. Jika kamu seorang remaja tentang perlunya tampil trendy dengan mengenakan pakaian-pakaian yang mereka buat. Tentang perlunya menjaga penampilan agar terlihat “bersih” “sehat”,”cantik”,”ganteng”, dan “menawan”dengan menggunakan deodoran, besak, parfum, sabun, odol, yang mereka produksi. Mereka juga akan menentukan keamanan kita seharusnya menggunakan waktu-waktu kita, ke mal-mal, bermain ice sketing, nonton di bioskop. Juga perlahan mereka mulai mengidolakan seseorang atau hal-hal lainnya. Dan yang pernah, mereka kemudian menukar hidupnya dengan cara hidup pra idolanya itu. Semua ditiru habis-habisan. Cara berpakaiannya, cara bergaulnya, cara bicaranya, atau cara makannya.
Diri sendiri diroyeksikan menjadi orang lain. Mereka akan terus mematikan pikiran kita dan memaksa pikiran kita dan memaksa kita untuk menuruti kita semua pada apa kata mereka. Dan jika kamu seorang perempuan, dan kamu mencoba-coba tidak menuruti semua apa kata mereka, kamu akan selalu merasa tidak sempurna menjadi seorang perempuan. Kamu akan merasa kalau kamu terlalu gemuk, kulit kamu tidak putih, dan rmbut kamu tidak sempurna hanya karena kamu memilikinya tidak seperti para bintang iklan shampo memilikinya.
Mereka memulai mematikan pikiran kita dan membangun pikiran mereka di diri kita. Kita mulai terbiasa meng-amini setiap perkataan mereka. Remaja adalah seperti apa yang mereka citrakan. Perempuan seperti apa yang mereka katakan. Cantik adalah seperti apa yang mereka katakan dan diri kita adalah seperti apa yang mereka kehendaki. Hidup kita curi, pikiran kita mati.
Tapi, itu belum apa-apa karena sesungguhnya lumpur yng menyelimuti hewan di dasar lumpur tersebut berfungsi untuk melestarikan bangkal hewan tersebutdari kerusakan seperti itu juga akan kita lestarikan. Dalam proses kitan menjadi fosil (batu) kita dilestarikan selama mungkin untuk keuntungan mereka. Kita adalah diri, tetapi kita tak pernah memiliki diri kita sendiri, mereka melestarikan diri-diri yang taklagi menjadi diri kita. Dan mereka akan bilang, dengan begitu, “bikin hidup lebih hidup” meski sesungguhnya kitak tak pernah hidup, kita hanya bertahan hidup. Bertahan hidup tentunya berbeda dengan hidup. Kita tidak menjalani hidup kita seperti apa yang benar-benar kita inginkan, kita selamanyan menjalani hidup seperti apa yang mereka inginkan. Tidakah ini begitu mengerti?
Hewan itu telah perlahan berganti rupa. Karena banyaknya material yang terpendamhari ke hari, tubuh hewan itu hanya tersisatulang dan gigi. Beberapa material yang akan merubah menjadi mineral yang berbeda. Proses geologi akan menyebabkan keseluruh wilayah tenggelam ke dasar laun dan membentuk, batuan sedimen. Dan disuatu hari, hewan danau tersebut, yang kini tekah menjadi fosil, akan ditemukan oleh para ilmuwan atau para pekerja konstruksi jalan.
Seperti itu, kita akan berganti rupa tanpa kita bisa menghendakinya. Tapi saya tahu. Jika kita mau, kita bisa melawannya. Yang kita perlukan adalah menjadi diri sendiri. Bepikir dengan pikiran diri sendiri, bertindak dengan kebebasan. Karena Cuma kita pemilik diri kita. Semua omong kosong mereka, para pemilik pabrik-pabrik, pakaian, dll, adalah kejahatan, karena lewat tangan mereka akan mencuri hidup kita. Menukar diri kita dengan barang-barang yang mereka produksi. Jangan biarkan hidup mereka dicuri. Jika tidak, maka saksikanlah, kita akan menjadi fosil, menjadi batu. Memutar otak dengan cara yang mereka inginkan, dan mengembarakan pikiran ketempat-tempat yang mereka anjurkan


Diksi dan Paragraf
Dua persyaratan pokok yang harus diperhatikan dalam memilih kata (diksi) Yaitu Ketepatan dan Kesesuaian, Sebutkan dan Jelaskan Unsur unsur yang menjadi bagian dari kedua syarat pokok tersebut?

Berikut adalah penjelasannya:

Ketepatan adalah kesesuaian pemakain unsur unsur yang mebentuk suatu kalimat sehinggatercipta suatu pengertian yang pasti / masalah ketepatan memiliki kata untuk mengungkapan sebuah gagasan atau ide.
Syarat Ketepatan Pemilihan Kata Terdapat 6 syarat yaitu
1. Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi
Contoh : Bunga Mawar, Bunga Bank
2. Dapat membedakan kata kata yang bersinonim
Contoh : Pengubah, Peubah
3. Dapat membedakan kata kata yang hampir mirip dengan ejaannya
Contoh : - Karton - kartun- Preposisi - Proposisi
4. Dapat memahami dengan tepat kata kata abstrak
Contoh : Kebijakan, Kebajikan, Kebijaksanaan
5. Dapat memakai kata penghubung yang berpasang secara tepat
Contoh : Antara......dan....Baik...maupun....
6. Dapat membedakan kata kata umum dan kata khusus.
Contoh : Kata umum : melihat
Kata Khusus : melirik, melotot, mengamati, mengawasi


Kesesuaian adalah kecocokan dalam mempergunakan kata, kecocokan pertama tama mencakup soal kata mana yang yang akan digunakan dalam kesempatan tertentu. walaupun kadang-kadang masih ada perbedaan tambahan berupa perbedaan tata bahasa,pola kalimat, panjang atau kompleknya suatu alinea, dari beberapa segi lain.

Syarat-Syarat Kesesuaian Diksi
Syarat-syarat kesesuaian diksi adalah sebagai berikut:

1. Hindarilah sejauh mungkin bahasa aatau unsur substandard dalam situasi yang formal.

2. Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata popular.

3. Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.

4. Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang

5. Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.

6. Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).

7. Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artfisial


Paragraf yang baik adalah paragraf yang mengandung kesatuan, kepaduan dan kelengkapan (pengembangan), Jelaskan maksud pernyataan tersebut kemudian Buatlah contoh paragraf yang memperlihatkan adanya ketiga unsur tersebut di atas?

Paragraf adalah sekumpulan kalimat yang tersusun secara logis dan runtun (sistematis), yang memungkinkan suatu gagasan pokok dapat dikomunikasikan kepada pembaca secara efektif. Paragra merupakan satuan terkecil suatu karangan. Agar dapat membentuk suatu paragraf yang mudah dimengerti pembaca, diperlukan adanya kesatuan, kepaduan dan kelengkapan.

Maksud dari kalimat tersebut dapat diartikan seperti dibawah ini:
1. Kepaduan Paragraf
Terdapat dua kalimat penghubung yaitu penghubung intra kalimat. Kata penghubung intra kalimat adalah kata yang menghubungkan anak kalimat dan induk kalimat yang satu dengan yang lain. Pokok pikiran diwujudkan dalam kalimat utama, kalimat utama diletakkan di awal paragraf (deduktif) atau diakhir paragraf (induktif).
2. Kesatuan Paragraf
Tiap paragraf hanya mengandung satu pokok pikiran yang diwujudkan dalam kalimat utama. Kalimat utama diletakkan di awal paragraf dinamakan paragraf deduktif, sedangkan kalimat utama yang diletakkan di akhir paragraf disebut paragraf induktif.
3. Kelengkapan Paragraf
Apabila terdapat di dalamnya kalimat kalimat penjelas secara lengkap untuk menunjuk pokok pikiran atau kalimat utama.

Contoh paragraf yang memperlihatkan adanya ketiga unsur tersebut diatas

Boleh dikatakan bahwa embrio program iman, ilmu, dan budaya (IIB) muncul pada tahun 1995; bermula dari kunjungan Panitia Persiapan Yayasan Bhumikarsara ke negeri Belanda atas undangan sebuah lembaga yang memberi perhatian mengenai persentuhan antara iman, ilmu dan budaya.


Fonologi

Pengertian Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum. Istilah fonologi, yang berasal dari gabungan kata Yunani phone 'bunyi' dan 'logos' tatanan, kata, atau ilmu' dlsebut juga tata bunyi. Bidang ini meliputi dua bagian.
Fonetik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suate bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia.

Fonemik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti.

Bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum terbukti membedakan arti disebut fona, sedang fonem ialah satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan huruf.
Unluk menghasilkan suatu bunyi atau fonem, ada tiga unsur yang penting yaitu :
1. udara,
2. artikulator atau bagian alat ucap yang bergerak, dan
3. titik artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh artikulator.
Vokal dan Konsonan
Vokal adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar tanpa rintangan. Konsonan adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar dengan rintangan.
Yang dimaksud dengan rintangan dalam hal ini adalah terhambatnya udara keluar oleh adanya gerakan atau perubahan posisi artikulator .
Diftong
Diftong adalah dua vokal beurutan yang diucapkan dalam satu kesatuan waktu. Diftong dalam babasa Indonesia adalah ai ,au, dan oi.
Contoh :petai, lantai, pantai, santai, harimau, kerbau, imbau, pulau, amboi.
Fonem dan Pembuktiannya
Fonem adalah satuan bunyi terkecil yang berfungsi membedakan arti. Fonem dapat dibuktikan melalui pasangan minimal. Pasangan minimal adalah pasangan kata dalam satu bahasa yang mengandung kontras minimal.
Contoh :
- pola &  rnembedakan /o/ dan
®pula  /u/
- barang &  membedakan /b/ dan /p/
®parang
Fonem dan Huruf
Bahasa Indonesia memakai ejaan fonemis, artinya setiap hunuf melambangkan satu fonem. Namun demikian masih terdapat fonem-fonem yang dilambangkan dengan diagraf (dua hunuf melambangkan satu fonem) seperti ny, ng, sy, dan kh.
Di samping itu ada pula diafon (satu huruf yang melambangkan dua fonem) yakni huruf e yang digunakan untuk menyatakan e pepet dan e taling.

Huruf e melambangkan e pepet terdapat pada kata seperti : sedap, segar, terjadi. Huruf e melambangkan e taling terdapat pada kata seperti : ember, tempe, dendeng

menyimak

Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa di antara empat keterampilan bahasa lain seperti menulis, membaca, dan berbicara. Kegiatan menyimak berperan penting dalam pengembangan kemampuan berbahasa seseorang terutama para siswa. Namun, pembelajaran menyimak bukan semata-mata penyajian materi dengan mendengarkan segala sesuatu informasi, melainkan ada proses pemahaman yang harus dikembangkan.
Proses menyimak memerlukan perhatian serius dari siswa. Ia berbeda dengan mendengar atau mendengarkan. Menurut pendapat Tarigan (1994:27), “Pada kegiatan mendengar mungkin si pendengar tidak memahami apa yang didengar. Pada kegiatan mendengarkan sudah ada unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur pemahaman karena itu belum menjadi tujuan.” Kegiatan menyimak mencakup mendengar, mendengarkan, dan disertai usaha untuk memahami bahan simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan menyimak ada unsur kesengajaan, perhatian dan pemahaman, yang merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa menyimak. Penilaiannya pun selalu terdapat dalam peristiwa menyimak, bahkan melebihi unsur perhatian.
Menurut pendapat Rost (1991:108) bahwa faktor-faktor yang penting dalam keterampilan menyimak dalam kelas adalah siswa menuliskan butir-butir penting bahan simakan terutama yang berhubungan dengan bahan simakan.
Pendapat lain menurut Tarigan (1994:62), komponen/faktor-fantor penting dalam menyimak adalah sebagai berikut.
1. Membedakan antar bunyi fonemis.
2. Mengingat kembali kata-kata.
3. Mengidentifikasi tata bahasa dari sekelompok kata.
4. Mengidentifikasi bagian-bagian pragmatik, eskpresi, dan seperangkat penggunaan yang berfungsi sebagai unit sementara mencari arti/makna.
5. Menghubungkan tanda-tanda linguistik ke tanda-tanda para linguistik (intonasi) dan ke nonlinguistik (situasi yang sesuai dengan objek supaya terbangun makna, menggunakan pengetahuan awal (yang kita tahu tentang isi dan bentuk dan konteks yang telah siap dikatakan untuk memperkirakan dan kemudian menjelaskan makna.
6. Mengulang kata-kata penting dan ide-ide penting.
Selanjutya, menurut pendapat Michael (1991:108) faktor-faktor yang penting dalam keterampilan menyimak dalam kelas adalah siswa menuliskan butir-butir penting bahan simakan terutama yang berhubungan dengan bahan simakan. Untuk dapat mengajarkan menyimak sampai pada pemahaman, guru perlu menyusun bahan simakan. Penyusunan materi menyimak pun tidak asal mendapatkan materi saja, tetapi ada beberapa yang harus diperhatikan guru dalam penyusunan materi ini di antaranya: (1) sasaran kegiatan, (2) sasaran kompetensi siswa, (3) metode pembelajaran, dan (4) faktor keberhasilan menyimak (Budiman, 2008:2).
Sasaran kegiatan harus ditentukan terlebih dahulu sesuai dengan tujuan pembelajaran menyimak, misalnya menyimak informasi yang bertujuan untuk mendapatkan fakta atau opini. Sasaran berikutnya yaitu berhubungan dengan kompetensi siswa, hal ini berhubungan dengan kemampuan yang dimiliki siswa di akhir pembelajran. Misalnya: kemampuan siswa menyeleksi informasi yang mengandung fakta, mengidentifikasi ketidaksesuaian pernyataan seseorang dengan fenomena yang ada. Selain itu, menyimak dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk selektif atas informasi.
Keberhasilan menyimak dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan. Lingkungan yang mempengaruhi tersebut memberikan kenyataan bahwa siswa dapat menyimak bahan dengan baik atau tidak. Harus dihindari faktor lingkungan yang akan berpengaruh buruk bagi keberhasilan pengembangan kompetensi menyimak. Faktor tersebut misalnya minimnya fasilitas (tidak ada laboratorium), suasana menyimak tidak nyaman (ruangan telalu lebar, kelas di sebelah kita terlalu berisik). Oleh karena itu, peran guru dalam menentukan keberhasilan menyimak sangat penting. Keempat hal di atas perlu diperhatikan oleh guru. Materi yang disusun pun sebaiknya memperhatikan tingkat perkembangan siswa. Tema materi yang dipergunakan sebaiknya bervariatif. Dengan demikian, siswa kita tidak akan jenuh belajar dan pembelajaran menyimak menjadi menyenangkan.
Penyimak yang baik apabila individu mampu menggunakan waktu ekstra untuk mengaktifkan pikiran pada saat menyimak. Ketika para siswa menyimak, perhatiannya tertuju pada objek bahan simakan. Pada saat itulah akan didapatkan proses menyimak yang efektif, menyimak yang lemah, dan menyimak yang kuat, sebagaimana dikemukakan oleh Campbell, dkk (2006:16) pada tabel berikut ini.
Tabel : Menyimak yang Efektif
Menyimak yang Efektif
Menyimak yang Lemah
Menyimak yang Kuat
1.
Temukan beberapa area minat
Menghilangkan pelajaran yang “kering”
Menggunakan peluang dengan bertanya “Apa isinya untuk saya?”
2.
Nilailah isinya, bukan penyampaiannya
Menghilangkannya jika penyampaiannya jelek
Menilai isi, melewati kesalahan-kesalahan penyampaian
3.
Tahanlah semangat Anda
Cenderung berargumen
Menyembunyikan penilaian sampai paham
4.
Dengarkan ide-ide
Menyimak kenyataan
Menyimak tema inti
5.
Bersikap fleksibel
Membuat catatan intensif dengan memakai hanya satu sistem
Membuat catatan lebih banyak. Memakai 4-5 sistem berbeda tergantung pembicara
6.
Bekerjalah saat menyimak
Pura-pura menyimak
Bekerja keras, menunjukkan keadaan tubuh yang aktif
7.
Menahan gangguan
Mudah tergoda
Berjuang/menghindari gangguan, toleransi pada kegiatan-kegiatan jelek, tahu cara berkonsentrasi
8.
Latihlah pikiran anda
Menahan bahan yang sulit, mencari bahan yang sederhana
Menggunakan bahan yang padat untuk melatih pikiran
9.
Bukalah pikiran anda
Setuju dengan informasi jika mendukung ide-ide yang terbentuk sebelumnya
Mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda sebelum membentuk pendapat.
10.
Tulislah dengan huruf besar tentang fakta karena berpikir lebih cepat daripada berbicara
Cenderung melamun bersama dengan pembicara yang lemah
Menantang, mengantisipasi, merangkum, menimbang bukti, mendengar apa yang tersirat.